Pengaruh Konferensi Asia Afrika Terhadap Kemerdekaan Negara-Negara Afrika
19
April tahun 1955, dimulailah Konferensi Asia Afrika yang
diselenggarakan di kota Bandung. Konferensi ini berlangsung hingga
tanggal 24 April 1955 dan diikuti oleh 29 negara Asia dan Afrika. Tujuan
utama konferensi itu adalah membentuk kubu kekuatan negara-negara dunia
ketiga untuk menghadapi dua kubu adidaya, Barat dan Timur. Di akhir
konferensi ditandatanganilah Deklarasi Bandung yang isinya kesepakatan
untuk mengadakan kerjasama ekonomi dan budaya diantara negara-negara
dunia ketiga serta mengakui adanya hak untuk menentukan nasib
bangsa-bangsa Asia dan Afrika, konferensi ini juga mengeluarkan resolusi
menentang penjajahan.
Selain itu dalam pertemuan puncak Asia-Afrika juga sebagai tonggak penting dalam sejarah gerakan pembebasan etnis rakyat berbagai negara Asia dan Afrika. Spirit yang dicerminkan dalam pertemuan ini antara lain bersatunya rakyat Asia Afrika, menentang imperealisme dan kolonialisme, mengusahakan dan memelihara kemerdekaan etnis, menjaga perdamaian dunia, meningkatkan persahabatan antara rakyat berbagai negara disebut sebagai Spirit Bandung. Didorong spirit Bandung, perjuangan rakyat berbagai negara Afrika mengusahakan dan memelihara kemerdekaan etnis diadakan lebih luas juga mendalam, semakin banyak negara yang berpegang teguh pada kebijakan damai dan netral. Rakyat Afrika yang mengalami penindasan dan perampokan imperialisme dalam jangka panjang secara pesat sadar. Partai nasionalisme dan lembaga massa berdiri berturut-turut, gerakan pembebasan nasional berkembang membentuk pasang tinggi kemerdekaan negara-negara Afrika pada tahun 1960-an.
Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung ini melahirkan Dasa Sila Bandung atau ten Principles of Bandung, antara lain:
1.menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta azas-azas yang termuat dalam piagam PBB,
2.menghormati kedaulatan dan integritas territorial semua bangsa-bangsa besar maupun kecil,
3.mengakui persamaan semua suku-suku bangsa dan persamaan semua bangsa-bangsa besar maupun kecil,
4.tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soal-soal dalam negeri negara lain,
5.menghormati hak tiap-tiap bangsa untuk mempertahankan diri sendiri secara sendirian atau secara kolektif, yang sesuai dengan piagam PBB,
6.a.tidak menggunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan khusus dari sala satu dari negar-negara besar,
b.tidak melakukan tekanan terhadap negara lain,
7. tidak melakukan tindakan-tindakan atau ancaman agresi ataupun penggunan kekerasan terhadap integritas territorial atau kemerdekaan poitik suatu negara,
8.menyelesaikan sengaja perselisihan-perselisihan internasional dengan jalan damai, seperti perundingan, arbitrase atau penyelesaian hakim atau lain-lain cara damai lagi menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan, yang sesuai dengan piagam PBB,
9.menunjukkan kepentinggan bersama dan kerjasama,
10.menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional.
Adanya Ten Principles of Bandung satu demi satu negara di Asia dan Afrika memperjuangkan dan memperoleh kemerdekaannya. Pada Konferensi Asia Afrika itulah kemudian ditegaskan bahwa kemerdekaam dan perdamaian adalah saling kait menfkait, juga penghormatan atas hak setiap bangsa untuk membela dirinya sendirian atau kolektif, sejalan dengan piagam PBB.
Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika ini menurut saya sangat brilian karena pelaksanaan konferensi itu digelar pada saat sebagian besar negara didunia masih terjajah. Dapat dilihat dari 43 negara Afrika yang ada, baru lima negara yang merdeka yaitu Afrika Selatan (1910), Mesir (1922), Liberia dan Ethiopia (1947) serta Libia (1951).
Sementara negara-negara lainnya masih berada dalam jeratan penjajahan negara-negara Eropa. Keberadaan Dasasila Bandung dengan salah satu teksnya “menghargai kedaulatan dan itegritas territorial semua bangsa”, rupanya sungguh sangat menggelorakan semangat antikolonialisme dan imprealisme. Buktinya banyak negara Afrika kemudian melepaskan diri dari penjajahan berkat inspirasi spirit Bandung. Hal itu jualah yang memupuskan niatan Kubu Barat seperti Inggris, Belanda, Prancis, Belgia dan Spanyol untuk meneruskan penjajahan dalam bentuk neokolonialisme.
Semangat kemerdekaan negara Afrika setelah Konferensi Asia Afrika menjadi inspirasi untuk membuat negaranya sebagai bangsa yang berdaulat. Kemerdekaan negara tampak seperti:
Nigeria
Pertemuan antara Inggris dan Nigeria di London tahun 1953, Sebagai hasil pertemuan disetujui bahwa kemerdekaan kepada Nigeria pada tanggal 1 Oktober 1960. Peristiwa penting dalam sejarah Nigeria setelah adanya Konferensi Asia Afrika yaitu tanggal 12 Desember 1959, dengan diselenggarakan pemilihan umum yang pertama. Sebagai hasilnya seluruh rakyat menghendaki kemerdekaan.
Pemilihan umum diadakan dengan pungutan suara rahasia, menunjukkan bahwa partai Northern People Congres (NPC) berhasil menguasai kongres, dan memberikan mandatnya kepada Sir Abubakar sebagai perdana menteri untuk membentuk pemerintahan sebagai persiapan untuk menerima kemerdekaan. Setelah kekuasaan 100 tahun Inggris, tanggal 30 September 1960 diturunkan dan mulai saat itu berkibarlah bendera Nasional Nigeia. Dengan demikian kesepakatan di London yang merencanakan kemerdekaan Nigeria tanggal 1 Oktober 1960 telah dicapai.
Kamerun
Jerman menguasai Kamerun dari tahun 1884. Ketika Perang Dunia I meletus Inggris dan Perancis merebut koloni Jerman itu. Bagian Timur dan Selatan digabungkan dalam Afrika Ekuatorial Perancis dan sisanya dijadikan daerah mandat Liga Bangsa-Bangsa yang dititipkan kepada Inggris dan Perancis. Setelah adanya Konferensi Asia Afrika membuat rakyat Kamerun ingin lepas dari imprealisme.
Pada tanggal 1 Januari 1960, daerah mandat Inggris menjadi Republik Kamerun Merdeka. Pada tahun 1961, dalam suatu pleibesit daerah mandat Inggris bergabung dengan Republik Kamerun. Sedangkan bagian utara bergabung dengan Nigeria. Ibu kota Kamerun adalah Younde.
Disamping itu masih terdapat negara-negara Afrika lainnya menjadi negara merdeka seperti Liberia, Tunisia, Ghana, Guyana, Mauritinia, Mali, Togo, Dahomay, Republik Afrika Tengah, Gabon, Chad, Kongo, Senegal, Pantai Gading, Volta Hulu, Nigeria, Somalia, Sierra Leone, Burundi, Ruanda, Tanzania, Kenya, Zambia, Malawi, dan sebagainya.
Selain itu dalam pertemuan puncak Asia-Afrika juga sebagai tonggak penting dalam sejarah gerakan pembebasan etnis rakyat berbagai negara Asia dan Afrika. Spirit yang dicerminkan dalam pertemuan ini antara lain bersatunya rakyat Asia Afrika, menentang imperealisme dan kolonialisme, mengusahakan dan memelihara kemerdekaan etnis, menjaga perdamaian dunia, meningkatkan persahabatan antara rakyat berbagai negara disebut sebagai Spirit Bandung. Didorong spirit Bandung, perjuangan rakyat berbagai negara Afrika mengusahakan dan memelihara kemerdekaan etnis diadakan lebih luas juga mendalam, semakin banyak negara yang berpegang teguh pada kebijakan damai dan netral. Rakyat Afrika yang mengalami penindasan dan perampokan imperialisme dalam jangka panjang secara pesat sadar. Partai nasionalisme dan lembaga massa berdiri berturut-turut, gerakan pembebasan nasional berkembang membentuk pasang tinggi kemerdekaan negara-negara Afrika pada tahun 1960-an.
Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung ini melahirkan Dasa Sila Bandung atau ten Principles of Bandung, antara lain:
1.menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta azas-azas yang termuat dalam piagam PBB,
2.menghormati kedaulatan dan integritas territorial semua bangsa-bangsa besar maupun kecil,
3.mengakui persamaan semua suku-suku bangsa dan persamaan semua bangsa-bangsa besar maupun kecil,
4.tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soal-soal dalam negeri negara lain,
5.menghormati hak tiap-tiap bangsa untuk mempertahankan diri sendiri secara sendirian atau secara kolektif, yang sesuai dengan piagam PBB,
6.a.tidak menggunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan khusus dari sala satu dari negar-negara besar,
b.tidak melakukan tekanan terhadap negara lain,
7. tidak melakukan tindakan-tindakan atau ancaman agresi ataupun penggunan kekerasan terhadap integritas territorial atau kemerdekaan poitik suatu negara,
8.menyelesaikan sengaja perselisihan-perselisihan internasional dengan jalan damai, seperti perundingan, arbitrase atau penyelesaian hakim atau lain-lain cara damai lagi menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan, yang sesuai dengan piagam PBB,
9.menunjukkan kepentinggan bersama dan kerjasama,
10.menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional.
Adanya Ten Principles of Bandung satu demi satu negara di Asia dan Afrika memperjuangkan dan memperoleh kemerdekaannya. Pada Konferensi Asia Afrika itulah kemudian ditegaskan bahwa kemerdekaam dan perdamaian adalah saling kait menfkait, juga penghormatan atas hak setiap bangsa untuk membela dirinya sendirian atau kolektif, sejalan dengan piagam PBB.
Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika ini menurut saya sangat brilian karena pelaksanaan konferensi itu digelar pada saat sebagian besar negara didunia masih terjajah. Dapat dilihat dari 43 negara Afrika yang ada, baru lima negara yang merdeka yaitu Afrika Selatan (1910), Mesir (1922), Liberia dan Ethiopia (1947) serta Libia (1951).
Sementara negara-negara lainnya masih berada dalam jeratan penjajahan negara-negara Eropa. Keberadaan Dasasila Bandung dengan salah satu teksnya “menghargai kedaulatan dan itegritas territorial semua bangsa”, rupanya sungguh sangat menggelorakan semangat antikolonialisme dan imprealisme. Buktinya banyak negara Afrika kemudian melepaskan diri dari penjajahan berkat inspirasi spirit Bandung. Hal itu jualah yang memupuskan niatan Kubu Barat seperti Inggris, Belanda, Prancis, Belgia dan Spanyol untuk meneruskan penjajahan dalam bentuk neokolonialisme.
Semangat kemerdekaan negara Afrika setelah Konferensi Asia Afrika menjadi inspirasi untuk membuat negaranya sebagai bangsa yang berdaulat. Kemerdekaan negara tampak seperti:
Nigeria
Pertemuan antara Inggris dan Nigeria di London tahun 1953, Sebagai hasil pertemuan disetujui bahwa kemerdekaan kepada Nigeria pada tanggal 1 Oktober 1960. Peristiwa penting dalam sejarah Nigeria setelah adanya Konferensi Asia Afrika yaitu tanggal 12 Desember 1959, dengan diselenggarakan pemilihan umum yang pertama. Sebagai hasilnya seluruh rakyat menghendaki kemerdekaan.
Pemilihan umum diadakan dengan pungutan suara rahasia, menunjukkan bahwa partai Northern People Congres (NPC) berhasil menguasai kongres, dan memberikan mandatnya kepada Sir Abubakar sebagai perdana menteri untuk membentuk pemerintahan sebagai persiapan untuk menerima kemerdekaan. Setelah kekuasaan 100 tahun Inggris, tanggal 30 September 1960 diturunkan dan mulai saat itu berkibarlah bendera Nasional Nigeia. Dengan demikian kesepakatan di London yang merencanakan kemerdekaan Nigeria tanggal 1 Oktober 1960 telah dicapai.
Kamerun
Jerman menguasai Kamerun dari tahun 1884. Ketika Perang Dunia I meletus Inggris dan Perancis merebut koloni Jerman itu. Bagian Timur dan Selatan digabungkan dalam Afrika Ekuatorial Perancis dan sisanya dijadikan daerah mandat Liga Bangsa-Bangsa yang dititipkan kepada Inggris dan Perancis. Setelah adanya Konferensi Asia Afrika membuat rakyat Kamerun ingin lepas dari imprealisme.
Pada tanggal 1 Januari 1960, daerah mandat Inggris menjadi Republik Kamerun Merdeka. Pada tahun 1961, dalam suatu pleibesit daerah mandat Inggris bergabung dengan Republik Kamerun. Sedangkan bagian utara bergabung dengan Nigeria. Ibu kota Kamerun adalah Younde.
Disamping itu masih terdapat negara-negara Afrika lainnya menjadi negara merdeka seperti Liberia, Tunisia, Ghana, Guyana, Mauritinia, Mali, Togo, Dahomay, Republik Afrika Tengah, Gabon, Chad, Kongo, Senegal, Pantai Gading, Volta Hulu, Nigeria, Somalia, Sierra Leone, Burundi, Ruanda, Tanzania, Kenya, Zambia, Malawi, dan sebagainya.